Berbicara masalah tempat wisata, 'surga' yang terbayang dalam pikiran saya adalah sebuah tempat yang sangat memukau, setiap sudut memancarkan keindahannya sendiri, penduduk yang ramah, senandung alam yang menyatu dengan budaya lokal sampai dengan kuliner yang menggoyang lidah.
Bahkan hampir semua panca indra bersyukur dengan cara masing-masing ketika mengunjungi lokasi bak surga. Di mulai dari pandangan mata yang tak jemu memandang, langkah kaki tak bisa berhenti melangkah dan bibir juga tak lupa mengucapkan kata 'Alhamdulilah' karena sangat kagum dengan pesonanya.
Empat hingga lima jam dari Pusat Ibukota Sumatra Utara, dengan menggunakan kendaraan umum atau yang lebih sering disebut sebagai taxi plat hitam karena travel yang digunakan menggunakan mobil pribadi. Di temani dengan supir yang ramah serta penumpang yang tak kalah asyik untuk menjadi teman mengobrol sepanjang perjalanan membuat lima jam berlalu begitu saja.
Setelah sampai di Parapat, saatnya saya mengucapkan perpisahan dengan supir dan penumpang lainnya dengan ucapan terima kasih khas batak yaitu 'Mauliate'. Hingga akhirnya teman perjalanan datang silih berganti sesuai dengan tempat tujuan.
Kali ini, saya menyeberang ke Tomok dari Parapat dengan menggunakan kapal penyeberangan. Dan tak kalah indah, obrolan sepasang kekasih yang sudah menua membuatku mengerti bahwa sejatinya cinta memang harus dijaga dan dirawat hingga tua. Tak pelak, pasangan kekasih tersebut mengajakku mengobrol santai karena mungkin saya terlalu asyik memperhatikan mereka.
Dengan angin sepoi-sepoi khas Danau Toba, akhirnya kapal bersandar di Tomok. Saya langsung turun dari kapal dan langsung ditawarkan untuk menyewa kereta (kereta merupakan ungkapan untuk sepeda motor), karena saya orang batak saya tidak begitu mengalami kesusahan untuk proses tawar menawar.
Selamat Datang di Tomok, Wisata Indonesia yang Menawarkan Suasana Khas Batak Mulai Terasa Kental di Sini.
Setelah mendapatkan penginapan dan istrahat sejenak. Saya langsung eksplore daerah Tomok. Di sini kamu dengan mudah menemukan berbagai destinasi khususnya yang berbau sejarah. Mulai dari kisah kelam tentang boneka Si Gale-gale yang selalu mampu menghipnotis wisatawan.
Ada juga Pasar Tomok yang menjadi pusat souvenir khas Batak, serta Museum Batak dan Kuburan Raja Sidabutar. Tapi yang paling menarik bagi saya di sini adalah keindahan alamnya, karena dari Tomok juga kamu bisa menikmati salah satu lukisan Tuhan yang paling indah yaitu Danau Toba.
Tempat yang paling pas untuk menikmatinya adalah Rumah Pohon dekat pelabuhan Tomok. Hembusan angin sepoi-sepoi serta alunan musik batak yang di dendangkan dari berbagai Lapo yang ada membuat nuansa Danau Toba memang sah menjadi tanahnya orang Batak yang keindahannya tak pernah di ragukan.
Di Sore Hari, Saya Melanjutkan Perjalananan Menuju Pantai Indah Situngkir dan Parbaban.
Awalnya saya tidak percaya, jika Danau Toba menyimpan wisata alam pantai berpasir putih. Tapi sudah jelas di dalam buku panduan wisata yang saya pegang terukir dengan jelas bahwa salah satu destinasi yang harus di kunjungi di Danau Toba adalah pantai pasir putih parbaban dan situngkir.
Karena rasa penasaran yang semakin meningkat dan membuat hati saya semakin tidak tenang. Akhirnya kereta saya melaju dengan kecepatan 70 km per jam untuk menuju destinasi pantai pasir putih tersebut. Mata saya langsung melongo, kaki saya langsung melangkah dengan cepat.
Dan tak terasa, bibir ini langsung mengucapkan 'Masya Allah', ternyata benar ada pantai pasir putih di danau toba. Memang uniknya pantai ini tidak asin seperti pantai-pantai pada umumnya karena memang bukan berasal dari lautan melainkan air tawar danau.
Tapi tetap saja, pantai ini selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan khususnya warga setempat jika sedang menghabiskan waktu liburan. Tak terasa, sore hari mulai menyapa, mentari juga sudah mulai tak sudi menyinari bumi ini karena sebentar lagi akan digantikan dengan kehangatan rembulan dan bintang di malam hari untuk menggantikan kekasihnya di siang hari.
Lagi-lagi, selama perjalanan pulang ke penginapan. Sepanjang perjalanan ini mata akan disuguhkan dengan pemadangan yang luar biasa, gereja yang berdiri megah di sepanjang perjalanan, hewan peliharaan warga yang sedang mencari nafkah dan hingga akhirnya mata saya tertuju pada sebuah tulisan bertuliskan menara pandang Dugul Sinapuran.
Kemudian saya langsung putar balik dan langsung menanjak ke Menara Pandang Dugul Sinapuran yang berada di perbukitan. Meski rumputnya sedang tak hijau karena musim kemarau namun sebuah kambing putih yang terikat disebuah pohon jambu menjadi pemandangan yang cukup menggelitik.
Dari menara pandang ini, kamu dengan mudah melihat danau toba yang cantik dari atas ketinggian. Hamparan air danau bak laut tak berujung selalu mampu membuatku mengucap syukur bisa menikmati keindahan alam Batak yang sudah tak di ragukan lagi keindahannya.
Bersepeda Ria di Tuk-Tuk Sampai Dengan Menikmati Danau Natonang, Danau di Atas Danau Toba yang Keindahan alamnya yang Mempesona
Tak terasa, malam yang penuh dengan ketenangan akan berganti dengan semangat pagi yang ditandai dengan suara kokokan ayam yang silih berganti. Hingga lahirnya sang mentari pagi memberikan senyuman paling manis tanpa bosan setiap harinya, meski sesekali kadang-kadang dia mememberikan cahaya yang berkunang-kunang di pagi hari.
Setelah selesai sarapan pagi di salah satu warung makan muslim, saya menghabiskan waktu di pagi hari dengan bersepeda ria di tuk-tuk. Mengelilingi tuk-tuk dengan bersepada memang hal yang harus kamu lakukan jika sedang berada di Danau Toba.
Udara yang sejuk serta segar, warga yang ramah serta pemandangan danau toba selama perjalanan menggunakan sepeda sungguh menjadi momen yang tak bisa dilupakan begitu saja dan bahkan akan menjadi kenangan yang tak terlupakan hingga rambut ini menjadi putih dan akan menjadi cerita kelak untuk anak cucu.
Puas dengan bersepada ria di Tuk-Tuk, saatnya saya melanjutkan perjalanan menuju Aek Natonang. Untuk mencapai Aek Natonang dari Tuk-Tuk dibutuhkan waktu kurang lebih 80 menit dengan menggunakan motor. Jalanan yang berkelok-kelok yang dimulai dengan jalanan aspal yang baik, sampai dengan jalanan yang hanya berupa krikil-krikil menjadi teman perjalanan kali ini.
Setelah beberapa kali bertanya kepada warga setempat tentang lokasi Aek Natonang, akhirnya saya sampai juga di sana dengan selamat. Hamparan bunga di pinggir danau, pepohanan di pinggir danau serta beberapa hewan peliharaan seperti kuda dan kerbau sedang asyik melahap rerumputan yang hijau merona.
Udara yang sejuk serta hampir tidak ada pengunjung menjadikan Aek Natonang ini menjadi tempat yang pas untuk berdamai dengan diri sendiri. Menghabiskan waktu disebuah jembatan yang ada di aek natonang serta menghirup udara yang segar menjadikanku betah berlama-lama disini.
Dan Akhirnya Kututup Liburanku Menuju Taman Lazur Ancol dan Taman Onan Baru di Pangururan.
Nah, untuk destinasi terakhir ini sebenarnya saya tidak mengetahuinya sama sekali tapi berkat salah satu teman chat di facebook yang menyarankan saya untuk datang kesana. Kebetulan juga dia merupakan warga lokal dan memang destinasi ini jarang dimasukkan di list wisatawan bahkan tidak ada di buku panduan wisata danau toba.
Tapi percayalah, jalanan yang kamu tempuh kurang lebih 2 jam dari Aek Natonang akan membayar lunas semua rasa lelahmu. Dan yang pertama kami langsung menuju Taman lazur Ancol, karena saya sendiri seorang muslim sungguh di untungkan ketika mengunjungi destinasi ini karena disini berdiri sebuah musholla sehingga saya tak perlu repor-repot bertanya ke warga sekitar masjid atau musholla di daerah sini.
Setelah melaksanakan kewajiban sebagai hamba kepada sang pencipta-Nya. Kami mulai berjalan kaki menikmati keindahan Taman Lazur Ancol. Beberapa muda-mudi yang sedang asyik mengobrol, tambak nelayan di pinggiran danau toba serta seorang bapak yang sedang memancing membuktikan taman ini memang layak untuk di kunjungi.
Puas dengan Taman Lazur Ancol, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Taman Onan Baru. Kebetulan di sini juga lagi ada festival si gale-gale. Tapi yang paling menarik bagi saya adalah hamparan bunga dengan warna biru serta perahu yang digunakan untuk mengantar para warga dari desa ke desa lainnya menjadi lanscape pemandangan yang keindahannya mampu menghipnotis siapa saja yang memadangnya.
Nah, itulah Tempat Wisata yang saya kunjungi selama di Danau Toba. Danau Toba memang salah satu wisata Indonesia yang harus kamu kunjungi sekali seumur hidup.
Tips Perjalanan Menuju Danau Toba
Untuk menuju Danau Toba sangatlah mudah di akses, jika kamu dari laur dari kota-kota yang ada di Sumatra Utara. Kamu bisa langsung mengambil penerbangan menuju medan. Untuk memesannya kamu bisa menggunakan salah satu aplikasi atau pesan via webnya langsung pegipegi.com. Karena di sana, menawarkan harga yang bersaing dan sangat mudah untuk memesan tiketnya.
Jika kamu menggunakan ponsel android seperti saya, kamu bisa langsung dowload di playstore dan instal langsung. Kemudian kamu bisa langsung masuk dengan menggunakan email dan pasword. Dan carilah penerbangan menuju medan sesuai dengan jadwal yang kamu inginkan.
Saya sarankan kunjungilah danau toba ketika musim kemarau karena akan lebih indah dan mudah aksesnya jika dibandingkan dengan musim hujan. Dan berkunjunglah di minggu kedua atau ketiga di bulan tersebut karena akan lebih sepi pengunjung biasanya.
Hindari mengunjungi danau toba ketika musim libur nasional atau libur sekolah karena harga-harga akomodasi jauh diatas rata-rata. Mulai dari harga tiket sampai dengan penginapan. Nah, di Pegipegi juga kamu bisa memesan hotel sekaligus tiket pesawat. Jadi dengan menggunakan aplikasi ini semua akomodasi kamu terjawab dengan satu langkah. Bagaimana?
#Pegipegiyuk #JelajahiIndonesiamu @pegi_pegi
https://travel.detik.com/read/2018/08/09/190500/4151522/1025/danau-toba-surga-kecil-di-tanah-batakBagikan Berita Ini
0 Response to "Danau Toba: Surga Kecil di Tanah Batak"
Post a Comment