Search

De Tjolomadoe, Bekas Pabrilk Gula Karanganyar yang Jadi Kekinian

Karanganyar - Libur Lebaran tahun ini, pemudik yang melintasi Karanganyar menuju Solo dimanjakan dengan hadirnya De Tjolomadoe. Wujudnya makin kekinian usai direvitaslisasi.

Didirikan pada tahun 1861 oleh Mangkunegara IV, Pabrik Gula (PG) Colomadu yang terbesar di Asia saat itu menjadi bukti akan kedigdayaan Indonesia sebagai produsen gula.

Hanya saja, nafas dari PG Colomadu harus kandas seiring dengan hentinya produksi pada tahun 1998 silam. Namun, PG Colomadu kembali 'bernafas' usai direvitalisasi dan diresmikan pada akhir bulan Maret 2018 lalu oleh sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Anno 1928 Anno 1928 (Johanes Randy/detikTravel)

Hanya saja bukan sebagai pabrik gula, melainkan objek wisata baru yang kekinian sesuai dengan perkembangan zaman. Nama baru De Tjolomadoe pun disematkan sebagai namanya yang baru.

Ketika mudik lebih awal ke Solo awal bulan Juni lalu, detikTravel pun menyempatkan diri untuk mampir ke De Tjolomadoe.

Dari kejauhan, kesan megah dari De Tjolomadoe pun langsung menyambut tamu yang datang. Cerobong asap yang menjulang tinggi serta facade pabrik yang sarat nuansa kolonial, dibalut cat baru yang seakan menunjukkan kejayaan De Tjolomadoe di masa lalu.

Cerobong yang jadi sisa kejayaanCerobong yang jadi sisa kejayaan (Johanes Randy/detikTravel)

Tulisan besar 'Anno 1928' pun terpampang di salah satu sisi bangunan, penanda dari kehebatannya saat dipegang oleh Mangkunegara VII di tahun yang sama.

Kekaguman pun kian menjadi sesaat kaki melangkah ke dalam De Tjolomadoe. Tegel lawas berwarna hitam dan kuning tampak mendominasi, serta ketel uap dan mesin giling tebu sebagai latarnya.

Walau sudah tidak utuh dan 'hidup' sebagaimana di masa lalu, sejumlah bekas ketel uap dan mesin giling itu telah diberi sentuhan baru lewat cat. Adapun masih dijumpai karat di gigi mesin yang jadi bukti ketangguhannya dulu.

De Tjolomadoe, Bekas Pabrilk Gula Karanganyar yang Jadi KekinianPengunjung yang tengah menikmati De Tjolomadoe (Johanes Randy/detikTravel)

Pihak pengelola pun cukup pandai, membagi beberapa ruangan sesuai dengan proses pengulahan tebu menjadi gula sesuai stasiunnya.

Menggunakan penanda bertuliskan besar yang digantung di langit-langit, tertulis stasiun gilingan, penguapan, karbonatasi dan Ketelan. Membacanya, terbayang bagaimana proses pengolahan batang tebu menjadi gula.

Pengalaman bernostagia di De Tjolomadoe pun kian nyaman dengan semilir dari pendingin udara, selain desain pabrik yang sudah membuat sejuk.

Tersedia restoran dan kafe di dalamnyaTersedia restoran dan kafe di dalamnya Foto: (Johanes Randy/detikTravel)

Apabila lapar atau haus, tersedia juga sejumlah pilihan cafe dan rumah makan di dalam De Tjolomadoe. Beberapa di antaranya adalah Tjolo Koffie dan Besali Cafe. Bahkan tersedia juga pojok suvenir dan kerajinan tangan di dalamnya.

Bagi pengunjung yang gemar berfoto, De Tjolomadoe pun dapat sepenuhnya menyalurkan hasrat Anda. Setiap sudutnya pun tampak begitu Instagramable dan cantik untuk diabadikan lewat foto.

De Tjolomadoe sebagai destinasi MICE (Randy/detikTravel)De Tjolomadoe sebagai destinasi MICE (Johanes Randy/detikTravel)

Selain sebagai objek wisata, De Tjolomadoe juga difungsikan sebagai tempat kegiatan MICE (Meetings, Incentives, conferencing, exhibitions). Hal itu pun sudah dibuktikan dengan kemampuannya saat jadi venue konser David Foster dan Anggun C Sasmi beberapa waktu lalu.

Memiliki luas 1,3 ha dari total 6,4 ha, De Tjolomado memiliki concert hall dengan kapasitas 3.000 orang serta ruang pertemuan dan pameran berkapasitas 1.000 orang.

(sna/aff)

Let's block ads! (Why?)

http://travel.detik.com/read/2018/06/15/164552/4069740/1519/de-tjolomadoe-bekas-pabrilk-gula-karanganyar-yang-jadi-kekinian

Bagikan Berita Ini

0 Response to "De Tjolomadoe, Bekas Pabrilk Gula Karanganyar yang Jadi Kekinian"

Post a Comment

Powered by Blogger.