Setelah melihatnya dalam mimpi beberapa bulan silam, Jumat (27/4/2018) lalu saya berkesempatan untuk mengunjunginya langsung. Cinque Terre merupakan area di pesisir Riviera Italia yang termasuk dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO.
'Cinque' berarti lima, sedangkan 'Terre' berarti daratan. Objek wisata ini memang terdiri dari 5 desa cantik yang bersebelah-belahan di bagian barat kota pelabuhan La Spezia. Jaraknya 85 km ke arah selatan Genoa
Desa yang pertama adalah Riomaggiore, namun sayangnya saya telat turun kereta hingga akhirnya harus menepi di desa kedua, Manarola. Saya terkesima melihat desa kecil nan ramai ini penuh dengan kehidupan.
Desa Manarola (Innez Lawry/Istimewa) |
Rumah penduduk setempat dibangun bertingkat-tingkat dengan warna-warni cerah di atas tebing yang menjorok ke pantai memberi kesan komikal yang tak terlupakan. Konon katanya, Manarola merupakan desa tertua di antara kelima desa yang ada di Cinque Terre.
Seorang teman menyarankan untuk mencoba spaghetti hitam yang menjadi khas daerah sana. Saya menjatuhkan pilihan pada restautant Il Porticciolo dan memesan sepiring mie hitam penuh seafood ala Italia itu. Saya juga ikut mencicipi calamari pesenan teman seperjalanan, sangat renyah dan fresh.
Setelah makan siang, saya kemudian melanjutkan perjalanan ke desa ketiga, Corniglia. Desa ini sedikit berbeda dengan yang lainnya karena merupakan satu-satunya yang tidak memiliki pantai.
Desa Corniglia (Innez Lawry/Istimewa) |
Siang itu sangat terik, kami harus menunggu dan mengantre panjang untuk sebuah bus yang akan membawa para pengunjung ke atas desanya. Akhirnya setelah berjemur cukup lama, bus yang dinanti-nanti akhirnya datang juga. Cinque Terre walaupun eksotik tapi bukan objek wisata mainstream, sehingga fasilitas untuk pengunjung sangat terbatas.
Suasana di Desa Corniglia sangatlah berbeda dengan Desa Manarola. Tidak ada hiruk pikuk tapi suasana perumahan yang sangat tenang. Saya naik ke salah satu bagian perumahan yang tinggi dan menikmati pemandangan Laut Liguria yang biru dari atas.
Mengejar waktu, saya bergegas ke desa keempat, Vernazza. Kesan kumuh menjadi impresi pertama saat menjejakkan kaki di depan pintu gerbangnya. Meskipun demikian, wisatawan masih bertebaran dimana-mana.
Desa Vernazza (Innez Lawry/Istimewa) |
Desa ini dikenal karena pelabuhan alaminya. Saya akhirnya memahami julukan ini setelah melihat langsung laut yang bersingungan langsung dengan rumah-rumah penduduknya. Tampak jembatan panjang yang menjorok ke laut yang dikelilingi perahu-perahu kecil warna-warni.
Desa kelima, Monterosso, yang terletak di paling ujung adalah kota pantai sebenarnya. Banyak wisatawan berjemur dan berenang di tepi lautnya yang berpasir putih. Konon desa ini sangat terkenal di Italia dan terbagi atas dua, kota tua dan kota baru. Sayangnya saya tidak sempat untuk menjelajah lebih dalam.
Desa Monterosso (Innez Lawry/Istimewa) |
Sebelum langit menjadi gelap, kami kembali ke desa pertama yang terlewatkan. Riomaggiore, sesuai dugaan saya adalah desa yang terbaik di antara desa-desa yang lainnya.
Kami memutuskan untuk menyewa perahu dan berkeliling 5 desa lewat laut. Waktu telah menunjukkan pukul 19.00 petang, namun matahari masih enggan untuk bersembunyi. Nahkoda perahu membawa kami menyusuri laut petang, melihat indahnya Riomaggiore saat sunset.
Desa itu lebih memesona dengan sinar matahari keemasan membentuk siluet di antara rumah warna-warni yang saling bersusunan. Hal ini mengingatkan saya akan lukisan Pablo Picasso yang beraliran kubisme.
Tepat pukul 20.00 malam, kami akhirnya beranjak pergi dari Cinque Terre dengan hati yang puas. (wsw/fay)
http://travel.detik.com/read/2018/06/03/211200/4051359/1520/5-desa-cantik-warisan-dunia-unesco-dari-italiaBagikan Berita Ini
0 Response to "5 Desa Cantik Warisan Dunia UNESCO dari Italia"
Post a Comment