Masjid Muhammad Cheng Ho memliki arsitektur unik perpaduan Arab dan China . Kita bisa sambil belajar sejarah tentang Laksamana Cheng Ho seorang muslim dari China yang memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di Nusantara.
Di Surabaya, banyak tempat yang bisa digunakan untuk ngabuburit. Salah satunya adalah Masjid Muhammad Cheng Ho di Jl Gading No 2 Surabaya, tak jauh dari Taman Hiburan Rakyat (THR) atau Taman Remaja Surabaya (TRS) dan Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa.
Masjid ini memiliki gaya arsitektur menyerupai kelenteng yang merupakan penghormatan kepada Laksamana Cheng Ho, seorang muslim dari China yang turut menyebarkan agama Islam di Nusantara. Arsitektur Masjid Cheng Ho yang unik dan instagramable ini sering digunakan untuk berselfie ria oleh anak muda untuk sekedar mengisi postingan di media sosial.
Di setiap sudut bangunan ini memiliki filosofi, misalnya pada bagian atas bangunan yang bertingkat tiga bentuknya segi delapan dan menyerupai pagoda dalam kepercayaan China berarti keberuntungan. Ukuran bangunan 11 x 9 meter juga memiliki filosofi angka 11 mengikuti ukuran awal Kabah yang dibangun Nabi Ibrahim dan angka 9 berasal dari Wali Songo yang mempengaruhi penyebaran Islam di Nusantara.
Hasil perpaduan gaya Indonesia, Arab dan China pada ini membuat Masjid Cheng Ho didominasi oleh empat warna merah, kuning, biru, dan hijau yang dalam kepercayaan Tionghoa, keempat warna ini adalah simbol kebahagiaan, kemasyhuran, harapan, dan kemakmuran, dan masih banyak filosofi yang terkandung di dalamnya.
Di pelataran masjid di sisi selatan ini juga banyak informasi yang tertulis di dinding marmer hitam dengan tinta emas yang bisa kita baca dan pelajari terkait perjalanan hidup Sang Laksamana Cheng Ho hingga singgah dan menyebarkan Islam di Nusantara, sejarah Masjid Cheng Ho dari awal berdiri hingga saat ini beserta fasilitas yang tersedia, ada juga syair-syair terjemahan bahasa China yang merupakan hadiah motto dan harapan dari berbagai pihak.
Di sisi Utara pelataran masjid kita juga bisa melihat relief wajah Laksamana Muhammad Cheng Ho dengan replika kapalnya yang digunakan untuk menyeberangi Samudera Hindia. Dari relief ini, terdapat pesan tersirat bahwa umat Islam diminta untuk tetap rendah hati dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Selain itu di komplek masjid jg terdapat fasilitas Gedung Serbaguna PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia), lapangan olah raga dan kelas kursus bahasa Mandarin.
Selain sekedar berfoto selfie dan mempelajari sejarah, saat ngabuburit kita juga bisa beribadah sambil menunggu datangnya azan maghrib. Banyak pengunjung yang menghabiskan waktunya untuk membaca Al Quran, berdzikir, salat sunah dan lain sebagainya. Menjelang magrib para panitia dan pengurus masjid mulai sibuk menyiapkan untuk pembagian takjil bagi pengunjung masjid.
Tak lama setelahnya azan maghrib berkumandang, kami pun bersama-sama menikmati takjil yang telah dibagikan dan dilanjutkan salat magrib berjamaah lalu makan malam bersama. Selesailah sudah ngabuburit kali ini dan bisa dilanjutkan dengan salat terawih berjamaah di masjid Muhammad Cheng Ho ini.
http://travel.detik.com/read/2018/05/21/172700/4030472/1025/ngabuburit-belajar-sejarah-islam-dari-china-di-masjid-cheng-hoBagikan Berita Ini
0 Response to "Ngabuburit Belajar Sejarah Islam dari China di Masjid Cheng Ho"
Post a Comment