Dilansir detikTravel dari Reuters, Rabu (1/8/2018) kekeringan ini berdampak tidak hanya pada pertanian namun juga pada peterenakan. Para peternak harus menahan air mata saat mereka kalang kabut mencari rumput untuk ternak mereka.
![]() |
Kekeringan ini tidak hanya melanda satu petani saja, namun seluruh komunitas petani di barat laut New South Wales mengeluhkan hal yang sama.
Para petani mengaku bahwa mereka ibarat menghadapi kanker. Kekeringan ini semakin parah melanda lahan mereka. Makin lama semakin kering sehingga timbul kekhawatiran mereka terhadap anak cucu ke depannya. Mereka takut pertanian di wilayahnya akan mati total.
![]() |
Para petani pun terpaksa harus membeli air yang diangkut dengan tank untuk mengisi sumur mereka. Para petani masih berusaha menjaga lahan mereka tetap hijau untuk kehidupan selanjutnya. Sedangkan untuk ternak, terpaksalah mereka membeli jerami yang harganya semakin mahal.
Terlihat lahan pertanian yang hijau telah berubah coklat karena kekeringan yang melanda. Tersisa ranting-ranting yang hanya menunggu waktu untuk hancur dan menyatu dengan tanah.
![]() |
Terdapat juga pemandangan peternak yang memberi makan sapi mereka. Para ternak berkumpul dan menginjak tanah kering untuk sembari menyantap jerami yang ditebar majikannya.
Namun bila dilihat dari atas, perpaduan warna tanah yang coklat dengan keseharian para petani menciptakan pemandangan fantastis. Kalau wisatawan punya drone, pasti akan dapat foto-foto indah. Walau di balik keindahan itu tersimpan cerita petani yang bersusah payah menghadapi kekeringan.
Biro Meteorologi Australia juga mengungkapkan sebagian besar wilayah Australia sedang mengalami musim panas yang sangat dahsyat. Setelah musim gugur yang kering di bulan Maret-Mei lalu, Australia nantinya akan menghadapi lagi musim panas pada Desember-Februari.
(sym/sym)
https://travel.detik.com/read/2018/08/01/165213/4144964/1520/cerita-di-tanah-kering-australiaBagikan Berita Ini
0 Response to "Cerita di Tanah Kering Australia"
Post a Comment