Dulu, sebelum tahu lebih detil tentang tembok besar China alias Great Wall of China, dipikiran saya adalah lokasinya ya cuma di situ-situ saja. Ternyata ada beberapa area tembok china yang bisa kita pilih untuk datangi. Dari beberapa section, ada tiga yang menjadi tujuan utama para pelancong di Beijing.
1. Badaling
Ini adalah section yang paling banyak dikunjungi wisatawan karena akses kendaraan umumnya yang cukup mudah. Kalau kamu pernah nonton filmnya yayang Revalina S Temat yang judulnya Assalamualaikum Beijing, nah salah satu lokasi syutingnya adalah tembok Cina di Badaling ini.
2. Mutianyu
Saya dan istri memilih section Mutianyu, karena berdasarkan informasi yang kami baca, lokasi ini lebih sedikit turis di banding Badaling yang selalu penuh.
3. Juyongguan
Selain tembok cina, di sini terdapat juga bangunan dan kuil kuno.
Selain area-area tersebut sebenarnya masih ada section tembok China lainnya yang tersebar seantero Beijing, seperti Simatai, Jinshanling, Jiankou dan lainnya. Namun yang sudah cukup tourist friendly memang tiga itu, lainnya masih liar dan lebih makan effort menjelajahinya. Walaupun tetap ada aja yang datang, biasanya mereka travel photography hunter atau orang-orang yang senang hiking.
Selain karena lebih sedikit turis yang datang, saya sangat ingin mencoba Toboggan, yaitu kereta luncur single untuk turun dari atas tembok cina sampai ke gerbang awal masuk. Seru banget!
Keluar hotel di area distrik Dongsi pagi hari melawan suhu minus derajat, kami bergegas menuju stasiun subway untuk mengejar bis 916 tujuan Huairou dari Terminal Dhongzimen. Lalu dari Hairou kami harus naik taksi atau minibus untuk ke Mutianyu. Stasiun subway Beijing sangat dapat diandalkan sebagai transportasi umum, mudah murah efisien seperti halnya di Singapura, Malaysia, maupun Hong Kong.
Di terminal Dhongzimen, kami mengantri untuk naik bus 916 menuju Hairou. Saat menunggu tiba-tiba seorang petugas terminal yang tahu kami akan menuju Mutianyu menyuruh kami menaiki bus dengan nomor yang berbeda, bukan 916. Saya sampai bertanya berkali-kali betul bus nomor itu yang harus kami naiki, dan dia mengiyakan dengan yakin.
Setelah perjalanan sekitar satu jam, saya mendadak agak was-was, apakah betul ini bus yang benar. Ditambah lagi setelah bertanya pada orang lokal di sebelah kursi saya, dia bilang bahwa bus ke Mutianyu harusnya nomor 916. Alamak, alamat nyasar nih! Saat saya tanya ke supir bus, dia santai saja cuma ngangguk-ngangguk. Tapi beberapa lama kemudian bus berhenti di sebuah halte, dan beberapa orang masuk ke bus sambil berkata "Mutianyu, Mutianyu?" Bergegaslah kami turun bus.
Ternyata di halte ini telah standby orang-orang lokal yang menawarkan jasa pribadi dengan mobil mereka untuk mengantarkan para turis ke Mutianyu. Awalnya salah seorang menawarkan dengan harga 50RMB (Rp 109 ribu) untuk satu orang sekali jalan, tapi saya tawar untuk dua orang dan akhirnya sekalian juga untuk bolak-balik, daripada nanti susah angkutan lagi. Deal.
Perjalanan dari halte itu ke Mutianyu pun dimulai, dan memang lumayan jauh juga sebenernya. Suasana Beijing saat musim dingin ini sangat keren, ga bosan-bosan kami lihat keluar jendela mobil. Sang supir sangat ramah dan selalu menunjukkan lokasi-lokasi bagus yang kita lewati. Walaupun menggunakan bahasa tarzan, karena dia ga bisa bahasa Inggris, apalagi bahasa Indonesia.
Sampai di Mutianyu, sang supir mengantar kami sampai loket pembelian tiket, dan menginfokan kalau dia akan menunggu kami di depan pintu masuk. Dari pintu masuk ini, kami masih harus naik shuttle bus selama beberapa menit untuk ke lokasi kereta gantung atau cable way menuju puncak Tembok Cina. Dari gerbang besar Mutianyu menuju tempat shuttle bus berada, kita akan melewati jejeran restoran yang bervariasi mulai dari Burger King sampai makanan tradisional Cina, serta toko-toko kecil yang menjajakan minuman dan pastinya ada juga toko cinderamata khas Beijing atau Mutianyu, dan pemilik kedai akan merayu pengunjung yang lewat untuk sekedar mampir di toko mereka untuk melihat-lihat.
Yang membuat saya sangat kagum adalah suasana Mutianyu yang tenang, indah dan sangat bersih, toiletnya pun bersih dan wangi (Mengingat banyak orang komplain toilet umum di Cina lumayan jorok). Saya membeli tiket cable way untuk naik dan tiket sliding car toboggan untuk turunnya nanti. Bisa mencoba Toboggan merupakan salah satu alasan saya untuk datang ke Mutianyu, karena penasaran setelah melihat video orang-orang yang mencobanya di YouTube.Cihuyy.
Cable way ini sama seperti skyludge yang ada di Sentosa Island Singapura, bentuknya seperti kursi gantung untuk ski, open air gitu. Dari cable way yang berjalan ini terlihat jalur toboggan yang meliuk-liuk di bawah, dengan beberapa orang yang sedang meluncur turun dengan asiknya. Begitu turun dari cable way, ada dua jalur yang bisa di eksplor, yang kanan adalah Zhengguan pass dengan kontur langsung menurun dan jalur kiri yang menuju outer branch wall dan lebih jauh dikit ke North Arch Gate. Nah di dekat area ini ada perhentian cable car juga, jadi selain pilihan cable way dan toboggan tadi, kamu juga bisa pilih untuk naik cable car yang tertutup, sama seperti kereta gantung pada umumnya di Taman Mini, Ancol ataupun Genting Highland.
Kontur tembok cina yang naik turun mengikuti bentuk bukit sungguh menantang untuk di jelajahi, jadi siap-siap capek yah. Saran saya pakai sepatu yang fleksibel dan enak di pakai, jangan pakai sepatu yang sol tinggi, atau hak tinggi. Apalagi kalau kamu cowok.
Menyusuri lokasi ini cukup menguras tenaga, untungnya kami bawa bekal air dan coklat untuk mengisi perut.Keseluruhan tembok Cina di bangun selama kurang lebih 2.000 tahun selama beberapa dinasti Cina. Bayangkan berapa banyak orang yang berkontribusi membangunnya. Menurut yang saya baca ada sekitar 800 ribu orang yang terlibat. Dan sampai saat ini setelah melihat secara langsung bentuknya, saya masih merasa takjub dengan betapa hebatnya orang-orang yang membangun Tembok China ini, mengikuti kontur bukit yang naik turun.
Kami juga mampir sebentar di sebuah kedai kecil untuk membeli pancake pisang yang harganya bisa di tawar, di bungkus dan di makan sambil jalan. Di gerbang depan pak supir sudah menunggu dengan senyum lebar. Kami lalu diturunkan di sebuah halte dan menyambung bus 916 menuju Terminal Dhongzimen. Keramahan pak supir masih membekas buat kami, walaupun bahasa isyarat selalu digunakan bukan halangan untuk selalu ramah terhadap orang lain.
Bagikan Berita Ini
0 Response to " Yuk, Jelajahi Tembok Besar China"
Post a Comment