Layaknya Junghuhn yang ingin dimakamkan di Jayagiri berdekatan Gunung Tangkubanparahu yang dicintainya, Bosscha pun berwasiat agar disemayamkan di tengah Kebun Teh Malabar yang dicintainya.
Keberadaan makam Karel Albert Rudolf Bosscha (1865-1928) itulah yang menjadi keistimewaan Kebun Teh Malabar bagi saya. Berlatar Gunung Puntang, Gunung Malabar, dan Gunung Wayang, perkebunan yang terletak di Pangalengan atau sekitar 40 kilometer di selatan Bandung ini memiliki panorama asri dan hawa dingin menggigit.
Untuk menemukannya sangat mudah, akses jalan dan transportasi gampang tinggal mengikuti jalan raya Pangalengan yang berakhir di Kebun Teh Malabar. Sekitar 10 kilometer dari Pasar Pangalengan.
Begitu sampai di kebun teh, ambil jalan ke arah kanan dengan kecepatan sedang, tidak terlalu jauh (terdapat saung) ambil jalan ke kiri. Sebenarnya terdapat anak panah penunjuk arah yang dipaku di pohon tapi hampir tidak kelihatan karena sudah usang. Jalan menuju makam masih batuan.
Makamnya berbentuk kubah putih menyerupai topi yang disangga dengan delapan tiang. Konon, bentuk atap ini mirip dengan topi yang biasa dikenakan oleh Bosscha, Raja Teh Priangan saat mengawasi para pekerjanya di kebun teh yang berada pada ketinggian kurang lebih 1500 mdpl. Untuk bisa masuk ke sini tidak membayar cukup memberi seikhlasnya pada juru kunci.
Arealnya dikelilingi oleh pepohonan yang menurut juru kunci makam berumur ratusan tahun. Pada pohon senggigi tersebut juga menempel anggrek-anggrek langka dengan ketinggian lebih dari lima meter. Saya pun berkesempatan mendongak menyaksikan anggrek tutul yang tengah mekar. Warnanya berpadu antara ungu, putih, dan corak kecoklatan.
Bosscha datang ke Indonesia tahun 1887, lalu mengembangkan perkebunan teh malabar antara tahun 1896-1928. Selain itu, karya lain sang brilian ini di antaranya gedung Institut Teknologi Bandung (ITB), Gedung Merdeka Bandung tempat diselenggarakan Konferensi Asia Afrika (KAA), Observatorium Bosscha di Lembang yang memiliki teropong lensa terbesar di dunia.
Masih dalam kawasan ini terdapat rumah sakit pasir Junghuhn. Rumah sakit ini sudah berumur ratusan tahun. Rumah sakit ini hingga saat ini masih digunakan. Lokasinya berada di perkebunan teh Purbasari dalam satu kawasan dengan perkebunan teh Malabar bagian dari Perkebunan Nusantara VIII.
Nama rumah sakit dan nama kampung tersebut digunakan untuk menghargai jasa Franz Wilhem Junghuhn (1809-1864). Junghuhn yang lebih dikenal sebagai naturalis dan ahli botani mengembangkan kina di sini. Sayangnya, kina mengalami kemunduran.
Bagi saya, Junghuhn identik dengan gunung. Sebab, ia telah menjelajah gunung-gunung di Jawa dan sebagian Sumatra. Ia juga membagi iklim berdasar topografi yang kemudian dikenal dengan nama Iklim Junghuhn yang kemudian digunakan untuk menentukan jenis tanaman yang cocok.
Untuk mencapai rumah sakit tersebut, jika tadi saat sampai di Kebun Teh Malabar mengambil arah kanan sekarang ambil arah kiri (balik lagi dari Makam Bosscha) lurus terus melewati pemandian air panas Tirta Kamulyan Tjibolang hingga terdapat papan penunjuk di pertigaan bertuliskan Rumah Sakit Pasir Junghuhn. Ambil arah kanan.
Sayangnya, setelah masuk pertigaan ini jalannya mulai rusak sebab aspal sudah terkelupas. Harus hati-hati banyak lubang tak teduga. Lumayan bikin pantat sakit kalau kendaraan tak sengaja melewati lubang. Ikuti saja jalan tersebut hingga menemukan rumah sakit di kiri jalan.
Sebagai informasi, setelah rumah sakit merupakan desa terakhir dan jalan buntu. Di sini akses sinyal internet susah ketika mencoba mendeteksi lewat google maps tidak bisa berbeda dengan saat di makam Bosscha.
Perjalanan kali ini membuat saya kembali menengok sejarah panjang bangsa. Junghuhn dan Bosscha bukan orang Indonesia tapi jasanya luar biasa. Keduanya justru hingga akhir hayat mengabdikan diri untuk negeri Indonesia. Nah, untuk mengenang jasanya d'traveler bisa ke sini.
http://travel.detik.com/read/2018/06/01/133500/3985517/1025/wasiat-bosscha-yang-ingin-dimakamkan-di-tengah-kebun-teh-malabarBagikan Berita Ini
0 Response to "Wasiat Bosscha yang Ingin Dimakamkan di Tengah Kebun Teh Malabar"
Post a Comment