
Menteri Pariwisata Arief Yahya dijadwalkan akan membuka pameran secara resmi pada 19 September 2018. Tema pamerannya yaitu Ulos, Hangoluan, & Tondi. Kain ulos yang dipamerkan adalah koleksi pribadi milik Devi Pandjaitan dan Kerri Na Basaria.
"Hangoluan yang berarti Kehidupan dan Tondi berarti Jiwa. Hal ini menggambarkan kain Ulos merupakan gambaran kehidupan dan jiwa masyarakat Batak," jelas Devi Pandjaitan dalam keterangannya, Minggu (16/9/2018).
Devi menambahkan, pameran kain tenun ini berkolaborasi dengan salah satu desainer interior muda Indonesia yaitu Mita Lukardi. Nantinya, kain-kain ulos akan ditampilkan dalam berbagai bentuk instalasi dekor. Nah detailnya menceritakan tahapan kehidupan.
"Sangat diharapkan pameran dapat menarik minat anak muda untuk lebih menghargai budayanya. Salah satu instalasi modern yang ada di pameran adalah motif ulos yang tertuang di anyaman rotan sepanjang 25 meter," tuturnya.
Pameran ini tidak hanya untuk melestarikan budaya, tetapi untuk menanamkan rasa cinta terhadap kain ulos kepada generasi muda. Pameran ini juga akan dijadikan ajang untuk memperkenalkan ulos kepada masyarakat luas dan mendorong mereka untuk menggunakan kain bermotif ulos dalam berbagai acara.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menilai ulos sebagai kebanggaan Indonesia. Bahkan, saat IMF Meeting di Washington DC, Ulos Harungguan dipakai oleh para pejabat dari berbagai negara yang hadir di sana.
"Sudah pasti kita sangat bangga. Bayangkan, karya tangan-tangan terampil para penenun, bisa ter-ekspose di perhelatan penting keuangan dunia," paparnya.
Arief menjelaskan, ulos tidak hanya menyimpan tradisi Batak yang kental dan sarat makna. Ulos memang terlihat istimewa.
Faktanya, ulos merupakan suatu produk penting dari salah satu peradaban tertua di Asia. Usianya diperkirakan sudah 4.000 tahun. Ulos bahkan disebut-sebut telah ada jauh sebelum bangsa Eropa mengenal tekstil.
"Ulos juga disebut sebagai representasi dari semesta alam. Di masa lampau, perempuan-perempuan Batak bangga menenun, memakai, dan mewariskannya kepada keluarga sebagai suatu pusaka," tuturnya.
Tak lupa, Arief mengajak masyarakat untuk datang ke Museum Tekstil dan menyaksikan pameran ini.
"Kalau mau tau lebih dalam mengenai perjalanan sejarah pertenunan ulos Batak yang sudah berusia puluhan tahun, ajak keluarga dan teman-teman untuk melihat kehebatan karya-karya dari para penenun. Kapan lagi bisa melihat koleksi Ulos Batak yang sudah berumur puluhan tahun di satu lokasi," ajak Arief.
Sementara Plt Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata RI NW Giri Adnyani mengatakan, ulos lebih dari sekadar tradisi. Menurutnya, ulos tidak mudah lekang karena panas dan tidak lapuk karena hujan.
"Ulos tidak hanya menyimpan tradisi Batak yang kental dan sarat makna, tapi juga prestise dari modernisasi proses akulturasi," ujar Giri.
Tidak hanya Indonesia, lanjut Giri, sejumlah museum dan universitas di Singapura, Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda bahkan ikut melakukan kajian tentang ulos. Alasannya, ulos dianggap unik dan sangat tua. (idr/idr)
https://travel.detik.com/read/2018/09/16/125416/4214123/1382/mau-lihat-koleksi-unik-ulos-batak-yuk-ke-museum-tekstil-jakartaBagikan Berita Ini
0 Response to "Mau Lihat Koleksi Unik Ulos Batak? Yuk ke Museum Tekstil Jakarta"
Post a Comment